Gambar. Flipped Classroom atau Kelas Terbalik
Metode pembelajaran adalah sebuah cara atau prosedur untuk menyampaikan materi dan petunjuk belajar yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau memahami konten dan pesan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran cukup banyak yang tentu sudah kita ketahui, seperti konvensional/ klasikal, simulasi, permainan (games), demonstrasi, permainan peran (role play), diskusi, dan sebagainya. Penerapan metode-metode tersebut dalam pembelajaran tersebut tentu dipertimbangkan oleh berbagai hal, salah satunya ialah karakteristik peserta didik dan juga karakteristik dari materi pembelajaran. Pada artikel yang telah diterbitkan dalam website eduprisma.com sebelumnya, telah dijelaskan bahwa karakteristik peserta didik dari Generasi Z dan Alfa memiliki perbedaan cukup signifikan dengan generasi-generasi pendahulunya (Baca: Karakteristik Media Pembelajaran untuk Generasi Z dan Alfa). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa penerapan metode dan model pembelajaran juga harus turut disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Artikel ini selanjutnya akan membahas terkait alternatif metode pembelajaran yang menarik serta dinilai tepat jika digunakan kepada para peserta didik Generasi Z dan Alfa. Selain itu, metode yang dibahas dalam artikel ini akan sesuai untuk meningkatkan 4 (empat) keterampilan utama peserta didik pada Abad 21 yaitu Berpikir kritis (Critical Thinking), Komunikasi (Communication), Kolaborasi (Collaboration), dan Kreativitas (Creativity). Metode pembelajaran yang dimaksud tersebut ialah Flipped Classroom atau Kelas Terbalik. Sesuai dengan namanya, konsep pembelajaran dengan metode kelas terbalik ini akan cukup mudah dipahami karena menggambarkan pelaksanaan kegiatan belajarnya secara langsung.
Dasar Flipped Classroom
Sebelum kita memahami tentang bagaimana konsep Flipped Classroom maka terlebih dahulu kita coba jabarkan tentang bagaimana dasar pemikiran tentang metode tersebut. Dasar pemikiran tentang metode ini tentu akan lebih mudah dipahami jika kita sejenak bernostalgia atau mengingat kembali bagaimana pembelajaran yang telah dilalui atau bahkan barangkali yang masih Anda alami saat ini. Kita ingat kembali bagaimana sebuah pembelajaran itu dilaksanakan, semoga sesuai dengan yang akan diilustrasikan. Pembelajaran dimulai ketika Guru memasuki kelas, kemudian Anda sebagai seorang peserta didik bersiap di meja dan tempat duduk masing-masing. Guru memulai pembelajaran dengan ucapan salam dan menanyakan bagaimana kabar Anda hari ini, kemudian melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau sekedar untuk mengingatkan tugas yang sudah diberikan minggu sebelumnya. Selepas itu, Guru mulai menjelaskan materi menggunakan metode atau model tertentu lalu mencoba mengkonfirmasi kepada Anda apakah dapat memahami penjelasannya. Selama proses menjelaskan materi tersebut Guru menuliskan sesuatu pada papan tulis yang tentu perlu Anda salin di buku tulis Anda, atau dibeberapa kesempatan Guru menampilkan media pembelajaran atau alat peraga di dalam kelas. Pada beberapa momentum tertentu, Anda diminta berdiskusi atau mengerjakan sesuatu atau bahkan langsung ditutup setelah dijelaskan materinya.
Ilustrasi tersebut tentu tidak menggambarkan secara pasti tentang bagaimana pengalaman Anda ketika belajar di kelas, tetapi kemungkinan Anda pernah mengalami tipe pembelajaran seperti demikian. Meskipun demikian, berdasarkan ilustrasi tersebut dapat diambil satu konsep penting tentang bagaimana alur kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung. Garis besar alur kegiatan pembelajarannya ialah Guru masuk kelas, memberikan kegiatan pendahuluan kemudian memberikan atau menjelaskan materi pada kegiatan inti setelah itu menutup pembelajaran. Hal yang harus digarisbawahi ialah pernyataan tersebut tidak berusaha untuk menggiring kepada sebuah pemahaman bahwa pembelajaran yang masih berlangsung selama ini salah atau kurang tepat. Beberapa Guru-guru kita sudah menerapkan metode, strategi, atau model pembelajaran yang sangat menyenangkan dan efektif menggunakan alur kegiatan pembelajaran tersebut. Pernyataan tersebut untuk menegaskan bahwa alur kegiatan pembelajaran tersebut merupakan alur kegiatan pembelajaran yang umum digunakan dalam konteks pendidikan.
Beberapa metode pembelajaran yang sudah disebutkan sebelumnya sebagian besar menggunakan alur kegiatan pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran Flipped Classroom menawarkan cara yang sedikit berbeda dari metode pembelajaran yang lain. Konsep penerapan Flipped Classroom ini secara sederhana ialah Guru memberikan materi lebih awal untuk dipelajari oleh peserta didik, kemudian ketika pertemuan di kelas diisi dengan praktik dan diskusi terkait materi yang sudah dipelajari sebelum masuk kelas. Metode ini sebetulnya ingin menguatkan peran peserta didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran atau student centered. Secara singkat, konsep Flipped Classroom akan memastikan pembelajaran lebih berpusat kepada partisipasi dan keaktifan peserta didik. Hal tersebut tentu berbeda dengan metode-metode lain yang cenderung mengarah kepada pembelajaran yang berpusat kepada guru, meskipun sebenarnya metode-metode tersebut tetap dapat diarahkan kepada pendekatan student centered. Harapan terbesar dari penerapan metode tersebut ialah agar peserta didik aktif dalam membangun pengetahuannya secara mandiri sehingga pengalaman belajar yang diperoleh tidak semata-mata hanya bersumber dari Guru yang membersamainya di kelas. Konsep tersebut merupakan bagian dari pendekatan Konstruktivisme dalam teori belajar atau psikologi belajar.
Flipped Classroom memberi sebuah pengalaman baru dalam belajar. Peserta didik akan dilibatkan secara penuh dan memiliki peran sentral dalam proses pembangunan pengetahuan dan kompetensinya. Guru pada metode tersebut berperan sebagai fasilitator yang tugasnya secara garis besar adalah menyediakan berbagai bahan untuk belajar peserta didik. Guru diharapkan mampu menyediakan berbagai bahan untuk belajar, seperti video pembelajaran, modul ajar, lembar kerja, atau media pembelajaran lain yang dapat mendukung proses belajar peserta didik. Metode tersebut tentu akan memantik peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkreativitas dalam rangka pemecahan suatu masalah dari topik yang sedang dikaji.
Metode Membalik Kelas
Flipped Classroom atau kelas terbalik merupakan metode yang menempatkan proses pembelajaran secara terbalik. Jika secara lazimnya peserta didik memulai kegiatan belajar ketika Guru atau pendidik hadir di dalam kelas kemudian setelah itu melakukan diskusi, mengerjakan tugas/ proyek, dan seterusnya, maka flipped classroom membalik proses tersebut menjadi belajar dahulu di rumah atau sebelum kelas dimulai baru setelah itu melakukan diskusi, mengerjakan tugas/ proyek ketika kelas dimulai. Penjelasan tersebut akan lebih mudah dipahami dengan melihat komparasi antara kelas tradisional yang lazim dilaksanakan oleh mayoritas guru dan kelas terbalik melalui gambar berikut.
Gambar. Komparasi Kelas Tradisional dan Kelas Terbalik
Pembahasan sebelumnya telah memberikan penggambaran yang cukup jelas mengenai konsep flipped classroom atau kelas terbalik. Pembahasan selanjutnya yang juga sangat penting ialah tentang bagaimana cara atau metode melaksanakan flipped classroom dalam pembelajaran. Flipped classroom menempatkan proses belajar dan memahami materi sebelum kelas dimulai, maka pada proses ini guru perlu memfasilitasi peserta didik berupa bahan-bahan atau materi yang dapat mereka pelajari secara mandiri di rumah. Bahan atau materi tersebut dapat dikemas oleh guru berupa modul, video, dan media pembelajaran lain yang memungkinkan untuk disediakan. Teknis pemberian bahan atau materi tersebut cukup beragam bergantung kreativitas dan posibilitas yang guru miliki.
Guru dapat memberikan modul tercetak ketika peserta didik di kelas, kemudian menginstruksikan mereka untuk dipelajari di rumah atau di lokasi yang lain sebelum kelas di mulai. Proses diseminasi materi sebenarnya lebih mudah dilakukan saat ini melalui berbagai platform baik secara synchronous maupun asynchronous, seperti e-learning, web berbagi video, atau video conference. Pada masa ini tentu kedua platform tersebut dapat dengan mudah diperoleh dan diakses oleh guru dan peserta didik, sehingga proses diseminasi atau penyebarluasan materi tersebut bukanlah menjadi hal yang sulit. Kondisi tersebut berlaku selama akses internet baik yang dimiliki oleh guru dan peserta didik berada pada kondisi baik dan tersedia. Jika tidak ada akses internet, maka satu-satunya solusi memberikan materi melalui modul tercetak atau printed materials. Proses awal dalam menyebarluaskan atau mendistribuasikan materi ini sebenarnya bukan hal yang sulit. Hal yang menjadi tantangan terbesar bagi guru setelah tersebut ialah memastikan bahwa peserta didik benar-benar meluangkan waktunya untuk melaksanakan kegiatan belajar mandiri menggunakan materi yang sudah dibagikan oleh guru. Hal tersebutlah yang sangat layak kita diskusikan dalam halaman artikel ini.
Proses awal ini perlu kita pastikan berjalan dengan semestinya, karena jika peserta didik sama sekali tidak melakukan kegiatan belajar mandiri di rumah atau di luar kelas maka kemungkinan proses diskusi dan pengerjaan tugas/proyek di kelas akan berakhir kurang optimal. Pada proses ini diperlukan sebuah strategi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri. Strategi tersebut hendaknya melihat berbagai karakteristik seperti peserta didik, materi, dan lingkungan belajar. Contoh sederhana tentang strategi yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan instruksi kepada peserta didik untuk membuat resume/ ringkasan atau meminta mereka menyiapkan pertanyaan serta bahan diskusi untuk kegiatan di kelas nanti. Jika kegiatan di kelas berupa proyek, maka instruksikan peserta didik untuk melaporkan bahan-bahan yang sudah disiapkan dan akan dipakai dalam pengerjaan proyek di kelas. Strategi tersebut menjadi stimulus bagi peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri dari materi yang sudah diberikan oleh guru. Bagaimana menurut Anda? jika Anda memiliki ide kreatif dan inovatif terkait bagaimana caranya agar dapat memastikan proses awal membalik kelas ini berhasil, silahkan tulis ide tersebut di kolom komentar yang tersemat dalam halaman ini ya !
Keberhasilan pelaksanaan flipped classroom selain dipengaruhi oleh proses belajar secara mandiri peserta didik, juga dipengaruhi oleh kejelasan instruksi dan konsep kegiatan pembelajaran dari guru. Hal tersebut termasuk pada proses pembelajaran di kelas berupa kegiatan diskusi, pengerjaan tugas/proyek, dan sebagainya. Guru perlu mengambil peran penting sebagai fasilitator, supervisor, dan mitra dalam pembelajaran. Konsep flipped classroom ini nampak seperti kegiatan memindakan "Pekerjaan Rumah" yang biasanya dikerjakan di luar kelas atau di rumah menjadi pekerjaan yang dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan konsep tersebut, maka perlu dipahami bahwa pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, guru perlu melakukan instruksi langsung terhadap kegiatan belajar yang harus dilakukan peserta didik, memberikan bantuan terhadap proses mereka belajar jika ada peserta didik yang menemui kesulitan, kemudian melakukan konfirmasi terhadap pemahaman yang telah peserta didik peroleh, dan terakhir memberikan kesimpulan terhadap keseluruhan proses atau kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Alur kegiatan pembelajaran pada flipped classroom ialah guru menyebarluaskan materi sebelum kelas dimulai untuk dipelajari oleh peserta didik di rumah, kemudian ketika di kelas guru tidak perlu lagi menjelaskan atau memberikan pemahaman materi tersebut. Kegiatan yang dilakukan mereka ketika di dalam kelas ialah melakukan kegiatan diskusi, mengerjakan tugas/proyek, atau kegiatan-kegiatan lain yang berpusat kepada pesrta didik (student centered).
Referensi :
Yulius Roma Patandean & Richardus Eko Indrajit. (2021). Flipped Classroom : Membuat Peserta Didik Berpikir Kritis, Kreatif, Mandiri, dan Mampu Berkolaborasi dalam Pembelajaran yang Responsif. Yogyakarta: Penerbit Andi
Tags:
Education
Metode baru yang patut dicoba oleh pendidik milenial.
Terima kasih ilmunya pak.
Mantab, terima kasih informasinya Pak Dosen.
Saya sangat suka dengan metode-metode pembelajaran, supaya ketika pembelajaran berlangsung, seorang penerima materi bisa menjadi respect ketika diberi pelajaran dan mereka senang ketika pelajaran berlangsung sehingga mereka paham akan apa yang telah di sampaika guru ataupun dosen.
In education, it is essential to comprehend various teaching strategies. Understanding these techniques helps teachers adapt their instruction to a variety of learning preferences, which promotes greater comprehension and involvement. Investigating the effectiveness of different learning strategies could offer insightful information if your dissertation is focused on educational psychology in the UK. Professionals in psychology dissertation ukmay assist you in investigating and evaluating these strategies, enabling you to improve teaching methods and student learning objectives.