Artificial Intelligence untuk Pembelajaran (Bagian 1) : Pengenalan dan Prinsip Kerja

Gambar. Artificial Intelligence atau AI untuk pembelajaran

Dunia benar-benar akan memasuki babak baru yang mempengaruhi seseorang dalam hal cara bekerja ketika teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) hadir. Teknologi tersebut memberikan kemungkinan besar untuk dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya melalui proses komputasi yang cepat dan besar. Pada akhir tahun 2022, kita mungkin mengingat pertama kalinya sebuah platform Artificial Intelligence yaitu ChatGPT muncul dan diperkenalkan secara publik. Sebagian besar orang pada waktu itu mempertanyakan 'apa itu Artificial Intelligence?' dan mereka juga bertanya 'apa itu ChatGPT?'. Sebagian dari mereka, dan juga barangkali termasuk kita, belum mengetahui secara jelas tentang teknologi Artificial Intelligence tersebut. Masyarakat Indonesia pada waktu itu belum begitu familiar dengan Artificial Intelligence dan juga ChatGPT sebagai platform AI pertama yang dirilis secara publik. Seiring dengan semakin terdengarnya nama ChatGPT sebagai platform Artificial Intelligence, maka semakin besar pula kemauan masyarakat untuk mencari tahu tentang keduanya. Hal tersebut memantik masyarakat, khususnya pengguna internet, untuk mencoba menggunakan teknologi yang sangat revolusioner tersebut.

Respon yang muncul akibat hadirnya teknologi Artificial Intelligence (AI) tersebut cukup beragam. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, secara umum terdapat 3 (tiga) respon yang muncul. Respon pertama, kalangan masyarakat yang menerima teknologi tersebut sebagai sebuah kebaruan. Mereka cukup meyakini bahwa teknologi AI akan memudahkan beberapa pekerjaan di masa depan, sehingga mereka harus menggunakannya untuk dapat membantu mereka dalam memenangkan suatu persaingan. Respon kedua, kalangan masyarakat yang belum menerima sepenuhnya karena dinilai ada potensi penyalahgunaan dalam pemanfaatannya tetapi mereka memberi peluang untuk tetap terbuka terhadap teknologi AI tersebut. Mereka khawatir teknologi tersebut akan mendegradasi peran manusia dan nilai kemanusiaan. Respon ketiga, kalangan masyarakat yang dari awal tidak menerima kehadiran teknologi AI. Mereka berpikir bahwa dengan segala kemampuan yang teknologi tersebut dapat lakukan, maka potensi penyalahgunaannya juga sangat tinggi sehingga bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mereka yakini. Respon kekhawatiran tertinggi tentu hadir dari kalangan akademisi atau praktisi dalam pendidikan, mereka berpendapat bahwa teknologi AI tersebut menurunkan orisinalitas atau keaslian karya dan kejujuran secara akademis.

Terlepas dari berbagai respon yang muncul pada awal teknologi tersebut dikenal secara publik. Kita perlu memahami bahwa perkembangan tekonologi yang begitu cepat tersebut, harus kita respon dengan cermat. Perkembangan teknologi menjadi suatu hal yang tidak dapat dibendung keberadaaannya, sehingga kita perlu mencermati dengan teliti terkait dampak penggunaan atau pemanfaatan teknologi tersebut. Setiap kehadiran teknologi baru biasanya memang akan terjadi penolakan diawal. Penolakan tersebut juga muncul ketika sebuah 'kalkulator' muncul dan diperkenalkan pertama kali. Orang-orang di waktu itu juga sangat khawatir bahwa kalkulator dapat menurunkan kemampuan berpikir manusia. Teknologi baru akan selalu mampu mengubah cara dunia bekerja, sehingga teknologi Artificial Intelligence juga harus menjadi bagian yang turut kita gunakan agar tidak tertinggal dengan negara lain. Pada 2025 ini, salah satu negara yang sangat masif menggunakan, mempelajari, hingga mengembangkan teknologi AI adalah China/Tiongkok. Besarnya minat China/Tiongkok terhadap teknologi AI tentu mudah sekali ditebak, mereka ingin memenangkan persaingan di semua sektor khususnya sains dan teknologi. Jadi, ayo kita membuka diri untuk mempelajari tentang Artificial Intelligence secara lebih mendalam.

Pengenalan tentang Artificial Intelligence

Artificial Intelligence sendiri merupakan suatu teknologi yang meniru kemampuan manusia dalam berpikir serta menghasilkan sebuah keputusan. Teknologi tersebut mengambil prinsip kerja manusia dalam menalar suatu hal berdasarkan masukan (input) yang diterima oleh sensori atau panca indera. Pengunaan teknologi Artificial Intelligence dimulai dari memberikan masukan (input) berupa perintah atau prompt kemudian akan diproses secara sistem, setelah itu akan muncul keluaran (output) sesuai dengan perintah yang diberikan di awal. Terdapat 3 jenis pendekatan dalam teknologi Artificial Intelligence terkait prosesnya dalam meniru kemampuan manusia tersebut, diantaranya ialah (1) berbasis algoritma pencarian, (2) berbasis pengetahuan eksplisit atau pengetahuan diungkapkan secara lisan atau tertulis, dan (3) berbasis machine learning atau mesin yang dapat belajar sendiri tanpa arahan dari penggunanya.

Sejarah dimulainya pengembangan Artificial Intelligence tidak terlepas dari ditemukannya sistem komputer. Tahun 1950, seorang ilmuwan matematika bernama Alan Turing mengatakan bahwa jika manusia mampu menyelesaikan masalah dan membuat keputusan berdasarkan informasi dan tatanan yang tersedia, mengapa mesin tidak bisa melakukan hal yang sama. Istilah Artificial Intelligence kemudian muncul tahun 1956 dari seseorang bernama John McCarthy. Dia dan para peneliti lainnya memiliki program yang bertujuan untuk kegiatan pengembangan AI, tapi pada akhirnya tidak berjalan dengan baik dan juga berjalan dengan lambat. Artificial Intelligence mulai berkembang tahun 1960 setelah komputer mampu menampung banyak informasi. Hingga pada tahun 1997, perusahan komputer bernama IBM berhasil membuat mesin 'Deep Blue' yang dapat mengalahkan pemain catur kelas dunia pada waktu itu. Perkembangan Artificial Intelligence terus berlanjut hingga ke era sekarang, sehingga sekitar tahun 2011 ke atas kita mengenal beberapa aplikasi asisten yang dibenamkan pada smartphone seperti Siri (milik Apple), Google Assistant (milik Google), Cortana (milik Windows). Teknologi Artificial Intelligence terus berkembang hingga kita saat ini menikmati AI dengan tipe Generative Artificial Intelligence, seperti ChatGPT, Gemini, Copilot, dan sebagainya.

Gambar. Bidang-bidang dalam teknologi Artificial Intelligence

Artificial Intelligence memiliki beberapa bidang yang merupakan bagian dari teknologi tersebut. Bidang tersebut diantaranya ialah machine learning, deep learning, dan generative AI. Penjelasan dari ketiga bidang atau bagian tersebut ialah sebagai berikut.
  • Machine Learning adalah salah satu bagian dari Artificial Intelligence (AI) yang memungkinkan sistem komputer untuk belajar dari data tanpa diprogram secara eksplisit. Machine learning menggunakan algoritma untuk memahami data, kemudian mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dianalisis, serta menggunakan kesimpulan tersebut untuk menyelesaikan tugasnya dengan cara paling efektif. Contohnya, pemberian rekomendasi konten berdasarkan kecenderungan penggunaan seperti yang ada di aplikasi YouTube, TikTok, Instagram, dan sebagainya.
  • Deep Learning adalah salah satu bagian dari machine learning yang menggunakan artificial neural networks (jaringan syaraf tiruan) untuk meniru cara manusia berpikir dan belajar. Model deep learning digunakan untuk mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lainnya guna menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat. Teknologi ini mampu mengotomatiskan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti mendeskripsikan gambar atau menyalin file suara menjadi teks, tanpa perlu campur tangan manusia dalam prosesnya.
  • Generative AI adalah teknologi yang menggunakan algoritma deep learning untuk menghasilkan keluaran (output) baru berupa rangkaian konten seperti teks, gambar, video, atau suara. Kata "Generative" menunjukkan bahwa teknologi AI tersebut memiliki kemampuan dalam menghasilkan atau mereproduksi sesuatu. Keluaran yang dihasilkan pada dasarnya berupa serangkaian nilai baru pada berbagai jenis data, seperti teks (sebagai rangkaian kata), gambar (rangkaian titik/pixel), suara (rangkaian frame sinyal suara), video (rangkaian frame gambar dan suara).

Prinsip Kerja Artificial Intelligence

Pada dasarnya Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah teknologi berbentuk berkas (file) yang berisi data informasi, pengetahuan, atau pola yang dimiliki manusia dalam menghasilkan sebuah keputusan. Berkas tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai model AI. Pada teknologi machine learning (pembelajaran mesin), model AI dihasilkan oleh algoritma yang didasarkan pada data latih yang dimasukan. Data latih merupakan komponen yang penting untuk dapat membangun teknologi AI. Semakin banyak jumlah data yang digunakan, maka model AI yang dihasilkan akan semakin cerdas. Misalnya, data latih yang digunakan adalah berbagai bentuk objek seperti bentuk wajah manusia, tumbuhan, hewan, dan makanan, maka akan menghasilkan model AI yang dapat mengenali bentuk-bentuk objek. Model AI seperti demikian paling sering digunakan untuk aplikasi kamera di smartphone. Pembenaman model AI dengan kemampuan pengenalan objek ke dalam aplikasi kamera berguna untuk menghasilkan pengaturan pemrosesan foto terbaik terhadap suatu objek yang spesifik.

Gambar. Cara kerja pembangunan teknologi AI (machine learning dan deep learning)

Data latih merupakan data yang dipersiapkan untuk digunakan model Artificial Intelligence (AI) sebagai sumber belajar. Model AI akan mendeteksi pola atau informasi dari data yang diberikan tersebut menggunakan algoritma yang dimiliki oleh machine learning. Kecerdasan model AI sangat bergantung pada kualitas data latih yang diberikan, semakin lengkap dan baik kualitas data latihnya maka kualitas model AI yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Lama pelatihan model AI memiliki waktu yang cukup bervariasi, mulai dari hitungan jam hingga bermingu-minggu. Lama pelatihan model AI juga bergantung pada besar data yang ingin diberikan. Proses pelatihan model AI sendiri secara umum terdiri dari beberapa langkah berikut:
Persiapan Data ➨ Pilih Model AI dan Teknik Pelatihan ➨ Latih Model AI ➨ Validasi Model AI ➨ Uji Kesiapan Model AI

Model AI yang telah dihasilkan tersebut, kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan keluaran (output) berdasarkan masukan yang diberikan pengguna. Contoh skema proses penggunaan model AI ialah sebagai berikut :
Masukan (input) : 🍛(gambar nasi pecel) ➨ Model AI : Pengenalan Objek ➨ Keluaran (ouput) : Makanan
Model AI yang digunakan pada contoh tersebut adalah pengenalan objek. Model AI yang dilatih untuk mengenali objek tertentu. Umumnya model AI ini ditemukan pada aplikasi kamera smartphone. Input yang diberikan ialah berupa gambar sebuah makanan (contoh: nasi pecel), kemudian model AI akan berusaha mengenalinya. Selanjutnya model AI akan memberikan keputusan sebagai sebuah keluaran (output). Berdasarkan skema tersebut, hasil keputusannya menunjukkan bahwa objek tersebut adalah makanan. Aplikasi kamera yang tertanam model AI tersebut akan membuat otomasi berupa pengaturan yang tepat agar menghasilkan foto yang bagus sesuai objek yang dikenalinya.

Pada model AI tipe generative AI dapat menghasilkan serangkaian atau sekelompok nilai atau konten. Platform generative AI yang tersedia sekarang (seperti, ChatGPT, Gemini, Copilot) dapat membuat konten tertentu berdasarkan perintah atau prompt yang dimasukkan oleh pengguna. Konten tersebut dapat berupa teks, gambar, atau bahkan video bergantung pada kemampuan model AI yang dimiliki. Beberapa platform generative AI umumnya memiliki satu atau beberapa spesialisasi tugas sendiri, misal untuk membuat konten gambar atau video. Contoh skema proses penggunaan model generative AI ialah sebagai berikut :
Masukan (input) : "Buatkan gambar kucing berbentuk 3D" ➨ Model AI : Pembuat Gambar ➨ Keluaran (ouput) : 🐈 (gambar ilustrasi kucing 3D)
Gambar. Contoh keluaran (output) konten hasil Generative AI

Model AI pembuat teks juga memiliki skema kerja yang sama seperti di atas, akan tetapi keluaran yang dihasilkan berupa teks. Platform generative AI pertama kali hadir menggunakan model AI pembuat teks, banyak perintah yang dapat dieksekusi dengan baik. Kita dapat meminta AI untuk membuatkan sesuatu sesuai dengan perintah (prompt) yang telah dimasukkan. Pada konteks ini, kita sebagai pengguna harus hati-hati. Kemampuan generative AI dalam membuat sesuatu dengan mudah dan cepat dapat membantu kita dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan, baik berupa teks, gambar, atau video. Akan tetapi, kita harus mengetahui bahwa model generative AI bekerja dengan cara menebak keluaran berdasarkan nilai kemungkinan (probabilitas). Nilai kemungkinan tersebut ditentukan berdasarkan data latih yang telah dipelajari oleh model AI tersebut, sehingga keluaran yang dihasilkan berpotensi mengandung kesalahan. Oleh sebab itu sebaik apapun keluaran yang dihasilkan oleh model generative AI, kita wajib memeriksa keseluruhan konten hasil keluarannya.

Manfaat yang dapat diperoleh dari generative AI dapat dikatakan cukup tinggi, sehingga penggunaanya berpotensi untuk digunakan dalam beragam jenis dan fungsi suatu tugas/pekerjaan. Peluang tertinggi penggunaan generative AI diantaranya adalah untuk membuat, mengubah, memahami, dan mencari konten. Berdasarkan peluang penggunaan tersebut, maka potensi platform generative AI  untuk kegiatan pembelajaran juga sangat tinggi. Guru dan peserta didik dapat menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menyelesaikan tugas seperti membuat konten untuk pembelajaran, membantu untuk mencari ide atau informasi tertentu, dan sebagainya. Akan tetapi, sebagai pengguna Artificial Intelligence (AI) harus memahami batasan-batasan dalam penggunaanya sehingga tidak melanggar etika, hak kekayaan intelektual,  privasi, dan keamanan. Jika guru dan peserta didik mampu memahami etika dan juga menerapkan prinsip-prinsip penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang benar, maka teknologi ini benar-benar dapat membantu menyelesaikan tugas dengan cepat serta turut meningkatkan tingkat intelektualitas penggunanya. 

Selanjutnya, pada artikel seri ini kita akan membahas lebih rinci mengenai etika dan pemanfaatannya yang tepat dalam pembelajaran (Baca : Artificial Intelligence untuk Pembelajaran : Etika dan Pemanfaatan).




Referensi
Diana, Claureina. (2021). Mengenal Sejarah AI atau Artificial Intelligence. Algoritma. https://algorit.ma/blog/data-science/sejarah-artificial-intelligence-ai/

Kemdikbudristek. (2024). Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Sari, Rita Puspita. (2024). Apa itu Deep Learning? Cara Kerja dan Contohnya. Cloud Computing Indonesia. https://www.cloudcomputing.id/pengetahuan-dasar/apa-itu-deep-learning

Telkom Metra. (2022). Machine Learning & Deep Learning, Proses Belajar Artificial Intelligence Selayaknya Manusia. Telkom Metra by Telkom Indonesia. https://www.telkommetra.co.id/en/publication/insight/machine-learning-deep-learning-proses-belajar-artificial-intelligence-selayaknya-manusia
Yoga Prismanata

Saya adalah seorang penggiat di dunia pendidikan. Konsentrasi saya sekarang ialah dalam hal teknologi pendidikan. Saya memiliki minat yang tinggi dalam menulis dan media pembelajaran.

Posting Komentar

Kami ucapkan terima kasih telah mengunjungi dan membaca tulisan di website kami. Silahkan sampaikan kritik, saran, dan diskusi melalui kolom komentar.

Lebih baru Lebih lama