Artificial Intelligence untuk Pembelajaran (Bagian 2) : Etika dan Pemanfaatan

Gambar. Artificial Intelligence atau AI untuk pembelajaran

Artikel pertama pada seri ini telah mengenalkan kepada kita tentang artificial intelligence disertai dengan penjelasan mengenai prinsip kerjanya. Sesuai dengan tema, maka pada artikel ini kita akan lebih spesifik membahas bagaimana penggunaan artificial intelligence untuk pembelajaran. Pada artikel pertama disebutkan bahwa potensi penggunaan teknologi artificial intelligence dikatakan sangat tinggi dikarenakan oleh potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut terkait seberapa besar teknologi tersebut mampu membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan si pengguna. Potensi yang begitu besar perlu ada batasan-batasan sehingga tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Oleh sebab itulah, bagi yang belum membaca artikel yang membahas mengenai pengenalan dan prinsip kerja artificial intelligence, silahkan untuk membaca terlebih dahulu agar mendapatkan pemahaman dasar tentang teknologi artificial intelligence (BacaArtificial Intelligence untuk Pembelajaran : Pengenalan dan Prinsip Kerja ).

Jika pada artikel sebelumnya dikatakan bahwa model AI dihasilkan melalui latihan berdasarkan data yang diberikan, maka kita harus memahami bahwa kebenaran hasil keluaran dari model AI harus diposisikan pada konten yang 'belum' tentu benar. Kebenaran dari keluaran yang dihasilkan oleh model AI sangat bergantung pada data latih yang dia pelajari. Data latih yang tidak lengkap pada akhirnya akan menjadikan sebuah bias pada keluaran yang dihasilkan oleh model AI. Pada prinsipnya model AI akan memberikan keluaran berdasarkan probabilitas atau kemungkinan. Seperti halnya fenomena halusinasi Artificial Intelligence (AI) yang terjadi pada versi awal dari sebuah model AI. Halusinasi AI adalah sebuah peristiwa ketika sebuah kecerdasan buatan atau artificial intelligence memberikan informasi yang salah dan tidak akurat, bahkan hanya karangan atau sesuatu hal yang tidak ada.

Salah satu model AI yang mengalami fenomena tersebut adalah LLM (Large Language Model) yang digunakan oleh ChatGPT. Berdasarkan potensi terjadinya kesalahan tersebut, maka konten hasil keluaran model AI juga perlu dilakukan proses periksa dan tidak boleh dijadikan sebagai satu-satunya sumber. Hal inilah yang menyebabkan perlunya sebuah batasan etika dan prinsip pemanfaatan teknologi artificial intelligence yang baik dan benar. Batasan etika dan prinsip pemanfaatan inilah yang memastikan guru dan peserta didik untuk tidak berada pada kesesatan informasi dalam pembelajaran dan juga menghindarikan diri dari degradasi kemampuan berpikir yang cepat.

Etika Penggunaan Generative AI

Kemampuan generative AI yang semakin meningkat dalam membuat konten, baik berupa teks, gambar, maupun video turut meningkatkan kekhawatiran akan bergesernya nilai-nilai sosial, budaya, dan kemanusiaan. Teknologi tersebut dapat menggeser beberapa peran atau tugas yang semula hanya dapat dikerjakan oleh manusia. Generasi muda yang tumbuh, belajar, dan berkembang terbiasa dengan fasilitasi generative AI dikhawatirkan mengabaikan nilai-nilai tersebut. Teknologi ini mulai dianggap ancaman oleh beberapa pihak. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran tentang teknologi kecerdasan buatan tersebut, baik terkait etika penggunaan maupun hal-hal teknis dalam pemanfaatannya. Berdasar pada kebutuhan tersebut, maka sekarang pembelajaran di kelas perlu menggunakan generative AI dengan misi untuk mengenalkan cara memanfaatkan serta membiasakan peserta didik untuk menggunakan teknologi AI secara beretika, selain juga untuk memudahkan proses belajarnya.

Masifnya penggunaan generative AI maka muncul kekhawatiran dari berbagai negara dan organisasi dunia. UNESCO merespon hal tersebut dengan mengeluarkan rekomendasi tentang etika AI (Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence) pada tahun 2022. Nilai-nilai etika yang ditekankan untuk dijaga menurut UNESCO ialah sebagai berikut :
  • Penghargaan, proteksi, dan promosi terhadap hak asasi manusia, kebebasan fundamental dan martabat manusia. Guru dapat menggunakan generative AI untuk menghasilkan materi pembelajaran yang menghormati hak asasi manusia, seperti materi yang mepromosikan inklusivitas, menghindari materi yang mengandung diskriminasi, dan sebagainya. Peserta didik dapat menggunakan AI untuk membuat teks yang menghormati martabat manusia, menghindari bahasa yang merendahkan, mempromosikan penggunaan bahasa yang inklusif, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Guru dan peserta menjaga nilai etika untuk tidak membuat sesuatu yang menganggu dan merugikan orang lain. Keluaran AI perlu dikritisi dan dinilai agar dapat diketahui jika konten yang dihasilkan ditemukan pelanggaran atau penyimpangan.
  • Merawat/melindungi lingkungan dan ekosistem. Guru dan peserta didik dapat memanfaatkan generative AI sebagai alat bantu untuk mengembangkan solusi-solusi dari berbagai permasalahan lingkungan dan ekosistem yang dikemas dalam pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Peserta didik dapat menggali ide dan mengumpulkan informasi menggunakan teknologi AI secara kritis sehingga dapat menghasilkan solusi yang akurat dalam rangka menjaga kehidupan keberlanjutan.
  • Menjamin keberagaman dan inklusivitas. Generative AI dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menghasilkan ide konten yang sesuai dengan karakteristik atau latar belakang peserta didik. Guru dapat merancang materi pembelajaran yang lebih adaptif dan relevan berdasarkan referensi yang dihasilkan oleh AI. Bagi peserta didik, Generative AI dapat mempersonalisasi pengalaman belajar dengan menghasilkan materi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
  • Kehidupan masyarakat yang damai, adil dan saling terhubungGenerative AI dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan ide rancangan kegiatan sosial yang dilaksanakan di masyarakat yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan lokal, sehingga diharapkan untuk dapat memperkuat interaksi antar komponen di dalam masyarakat. Guru dan peserta didik dapat menggali ide-ide inovasi yang dapat diterapkan dalam kegiatan bermasyarakat dengan tujuan meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Peserta didik dengan bimbingan gurunya dapat menggunakan teknologi AI untuk mengembangkan ide dan inovasinya dengan lebih mudah dan cepat.
Etika AI yang telah dirumuskan oleh UNESCO banyak dijadikan acuan sebagai etika standar dalam penggunaan AI. Berdasarkan etika tersebut dapat dirumuskan prinsip pemanfaatan generative AI sebagai berikut :

No

Prinsip

Boleh Dilakukan

Tidak Boleh Dilakukan

1.

Menjamin keamanan dan keselamatan

Mengevaluasi penggunaan generative AI dan mengidentifikasi risiko keamanan siber

Pemanfaatan generative AI secara sembarangan tanpa memperhatikan tingkat risiko dan tidak melakukan evaluasi maupun perizinan yang baik

2.

Adil dan nondiskriminatif

Secara kritis mengidentifikasi bias yang dihasilkan oleh generative AI

Menganggap hasil generative AI selalu akurat dan mempercayai keluarannya tanpa sikap kritis

3.

Berkelanjutan atau sustainable

Menggunakan alat bantu generative AI seperlunya dengan prompt yang efektif, menghindari ketergantungan terhadap teknologi

Exploitasi generative AI untuk tujuan yang tidak penting dan tidak menerapkan keahlian prompt engineering yang baik

4.

Melindungi hak dan data pribadi

Hanya memasukkan prompt yang tidak mengandung data sensitif

Memasukkan segala jenis data secara tidak bertanggungjawab tanpa izin

5.

Memastikan beban tanggung jawab dari setiap tahap dalam siklus hidup sistem generative AI tetap pada manusia

Secara kritis menilai dampak generative AI bagi emosi dan kehidupan manusia – tidak untuk menggantikan manusia

Pemanfaatan generative AI yang tidak bertanggungjawab dan tidak memperhatikan etika

6.

Transparan dan dapat dijelaskan

Menggunakan alat bantu generative AI yang jelas transparansinya

Tidak mempedulikan aspek transparansi dan kurangnya explainability

7.

Tanggung jawab dan akuntabilitas

Secara jelas menyampaikan informasi terkait alat bantu generative AI yang digunakan dan proses untuk menghasilkannya

Menyembunyikan informasi terkait penggunaan generative AI pada konten digital yang dihasilkan dalam rangka plagiarisme dan pelanggaran hak cipta

8.

Kesadaran dan literasi tentang generative AI

Meningkatkan literasi generative AI bagi diri sendiri dan lingkungan

Tidak membentuk pola piker yang tepat dalam pemanfaatan generative AI sehingga tidak menganggap penting literasi generative AI

9.

Kolaborasi dan pengaturan secara adaptif melibatkan banyak pemangku kepentingan

Melakukan evaluasi dampak pemanfaatan generative AI terhadap setiap pemangku kepentingan secara berkelanjutan (kesetaraan)

Tidak melakukan studi yang komprehensif atau hanya mempertimbangkan kepentingan satu kelompok pemangku kepentingan saja (monopoli)

(Sumber: Kemdikbudristek, 2024)

Penggunaan Artificial Intelligence (AI) harus memperhatikan proses validasi, privasi, dan keamanan data, serta keberlanjutan kehidupan umat manusia. Proses validasi konten yang dihasilkan oleh AI menjadi hal yang paling penting untuk mengantisipasi kesalahan keputusan atau keluaran. Terlebih jika konten atau keluaran yang berasal dari AI tersebut digunakan dalam pembelajaran, maka proses periksa dan validasi menjadi penting agar informasi yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat memberi kepastian bahwa pembelajaran berjalan sesuai fakta/konsep yang sebenarnya, serta relevan dalam kehidupan dan lingkungan. Apabila informasi yang diperoleh tanpa proses validasi, maka hal yang paling ditakutkan adalah peserta didik memahami pengetahuan atau konsep yang salah. Hal tersebut akan mempengaruhi performa mereka ketika menghadapi kehidupan yang sebenarnya, baik dalam hal penyelesaian tugas tertentu atau pekerjaan.

Artificial Intelligence (AI) akan memberikan keluaran berdasarkan masukan dari pengguna. Setiap masukan dari pengguna tersebut akan disimpan dan juga pelajari olehnya. Skema kerja AI yang demikian harus membuat kita hati-hati untuk tidak memasukkan data yang sifatnya rahasia dan pribadi. Hal tersebut untuk melindungi privasi sekaligus menjaga keamaan data kita. Pada prinsipnya selain harus memeriksa kebenaran informasi, serta menjaga privasi dan keamanan data, penggunaan Artificial Intelligence (AI) juga tidak boleh menghentikan proses kreatif dan inovasi manusia. Kita perlu menempatkan sebuah AI sebagai alat bantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan selayaknya kalkulator, komputer, dan sebagainya. Jangan sampai kita menempatkan AI sebagai alat pengganti untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Jika hal tersebut terjadi, maka kemungkinan terjadinya degradasi kemampuan berpikir semakin besar. UNESCO memberikan panduan penggunaan platform AI (contoh ChatGPT, dan sebagainya) yang aman sebagaimana yang disajikan pada gambar berikut.

Gambar. Panduan UNESCO terkait alur penggunaan platform AI yang aman
(Sumber: Kemdikbudristek, 2024)

Literasi mengenai teknologi Artificial Intelligence (AI) harus terus ditingkatkan, khususnya untuk guru, peserta didik, dan umumnya untuk seluruh orang yang menggunakannya. Literasi AI merupakan kemampuan dalam memahami, menilai, berinteraksi, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil keluaran AI dalam kehidupan sehari-hari. Literasi AI tersebut dalam pembelajaran akan membantu peserta didik untuk mencapai kemampuan yang baik untuk kompetensinya. Manfaat literasi AI tersebut dalam pembelajaran ialah sebagai berikut:
  • Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait suatu topik dalam pembelajaran. AI digunakan untuk membantu menggali informasi, gagasan, dan konsep dalam rangka untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan. AI juga dapat digunakan untuk membantu peerta didik dalam proses analisis dan menemukan pola terhadap suatu data sehingga mengasah kemampuan berpikir kritis mereka.
  • Meningkatkan keahlian menulis. Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan menulis melalui konten yang dihasilkan dari AI. Mereka dapat mempelajari beberapa tata bahasa dan diksi yang digunakan untuk dapat meningkatkan kualitas tulisannya. Keluaran AI hanya digunakan sebagai referensi tulisan, sehingga tidak ada kekhawatiran untuk ketergantungan berlebih terhadap AI.
  • Membantu mempelajari bahasa dan berbagai pengetahuan baru. Kemampuan AI dalam melayani pengguna dalam banyak bahasa dapat dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta didik untuk belajar bahasa asing. AI dapat digunakan untuk menerjemahkan sumber belajar berbahasa asing, sehingga memberi peluang untuk dapat belajar menggunakan sumber belajar yang lebih luas. Selain itu, guru dan peserta didik dapat dimanfaatkan untuk mencari materi  pengetahuan terkait apapun. Bahkan, AI dapat sekaligus membantu memberi ringkasan materi, mencantumkan referensi, dan panduan terkait bagaimana mempelajarinya. Pada poin ini mencari materi pengetahuan menggunakan AI lebih unggul jika dibandingkan dengan mesin pencari biasa.
  • Memberikan pengalaman belajar yang inovatif. Guru dapat menggunakan AI untuk memproduksi aset/elemen (seperti gambar, animasi, dan video) yang akan digunakan dalam media pembelajaran. Pembelajaran visual akan memberikan pengalaman belajar yang lebih ikonik dan realistik bagi peserta didik. Guru juga dapat melibatkan peserta didik untuk memanfaatkan AI dalam memproduksi media presentasi sehingga dapat memantik kreativitas dan inovasinya.

Prinsip Pemanfaatan Generative AI dalam Pembelajaran

Generative AI dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan berbagai tugas. Tugas tersebut berkaitan dengan produksi konten berbentuk teks, gambar, suara, atau video. Berdasarkan tugas yang dapat dilakukan tersebut maka generative AI tentu dapat digunakan oleh siapapun dan untuk bidang apapun disesuaikan dengan kapabilitas model AI dan kebutuhan penggunanya, termasuk untuk pembelajaran. Generative AI dapat digunakan oleh guru, peserta didik, atau bahkan staf administrasi yang ada di sekolah. Bagi seorang guru, generative AI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran serta mengotomasi tugas-tugas yang berulang. Sedangkan bagi seorang peserta didik, generative AI dapat dimanfaatkan untuk memperoleh pengetahuan lebih luas dan detail. Akan tetapi kembali lagi pada etika penggunaannya, pengguna generative AI harus melakukan proses validasi terhadap konten yang dihasilkan agar informasi atau pengetahuan yang diperoleh tersebut akurat.

Pemanfaatan Generative AI oleh Guru
Guru dapat memanfaatkan Generative AI untuk berbagai kebutuhan dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
  • Personalisasi materi pembelajaran. Generative AI dapat membantu guru untuk menyusun materi pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Contohnya, guru dapat mencari suatu materi dengan sajian referensi yang beragam sehingga materi memiliki kedalaman konsep dan kualitas yang baik. Selain itu, guru juga dapat mengemas materi pembelajaran dalam beberapa format multimedia yang menarik sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
  • Penyusunan perangkat pembelajaran. Generative AI dapat digunakan untuk membuat perangkat yang digunakan dalam pembelajaran, seperti rencana pembelajaran (lesson plan), silabus, rubrik penilaian, dan sebagainya. Guru dapat memasukkan perintah yang tepat dan rinci terkait perangkat pembelajaran yang ingin dihasilkan. Guru harus memeriksa kembali hasil keluarannya untuk memastikan konten/isi perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan benar (valid) secara konsep teoritis.
  • Mengembangkan capaian pembelajaran. Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik. Guru dapat memanfaatkan generative AI untuk membantu pengembangan capaian pembelajaran suatu mata pelajaran. Secara lebih spesifik, guru dapat menggunakan generative AI untuk menghasilkan tujuan pembelajaran hingga indikator kompetensi berdasarkan capaian pembelajarannya. Tujuan pembelajaran dan indikator kompetensi tersebut dapat menjadi rujukan guru dalam membuat aspek penilaian atau evaluasi. Jika ingin diproses lebih lanjut, maka generative AI juga dapat diminta untuk membuatkan soal atau kuis penilaiannya. Akan tetapi, guru harus secara aktif dan teliti untuk mengoreksi setiap butir pertanyaan serta kesesuaian antara substansi pertanyaan dengan jawabannya.
  • Melakukan penilaian peserta didik. Generative AI dapat membantu guru dalam menilai hasil kerja peserta didik untuk memberikan hasil penilaian yang lebih objektif, terutama untuk penilaian yang bersifat kualitatif. Generative AI dapat melakukan analisis terhadap respon atau jawaban peserta didik dan menyajikan hasil evaluasinya dalam bentuk laporan.
Pemanfaatan generative AI tersebut memiliki konsekuensi berupa tugas dan keterampilan tambahahan bagi guru. Guru harus memiliki keterampilan kritis untuk pemanfaatan AI dalam berbagai konteks secara benar dan bertanggung jawab. Selain itu, guru harus mampu menginternalisasi etika pemanfaatan AI secara benar, aman, dan bertanggung jawab.

Pemanfaatan Generative AI oleh Peserta Didik
Peserta didik dapat memanfaatkan berbagai platform generative AI untuk mendukung kegiatan belajar. Peserta didik dapat memanfaatkan AI untuk beberapa hal berikut.
  • Membantu mencari sumber bacaan atau referensi. Generative AI dapat membantu peserta didik mencari berbagai referensi yang sesuai dengan topik yang ingin dipelajari. Pencarian referensi dengan bantuan AI dapat membuat peserta didik mengonstruksi pengetahuan secara lebih cepat dan mendalam. Dengan keluasan data yang dimiliki AI, peserta didik dapat menjelajahi berbagai bidang ilmu pengetahuan, memvisualkan korelasi antar konsep, dan menemukan topik-topik baru yang relevan untuk dipelajari.
  • Memberikan ide penulisan dan penyusunan media presentasi. Generative AI dapat dapat membantu peserta didik dalam membuat ide penulisan, memberikan saran desain dan konten yang tepat dalam membuat media presentasi, serta menyusun konten dalam berbagai format multimedia dengan lebih menarik dan efisien.
  • Membantu memahami materi belajar yang sulit. Peserta didik biasanya mengalami beberapa kesulitan dalam memahami materi yang dianggap sulit. Generative AI dapat diminta untuk menjelaskan konsep-konsep materi dengan cara yang lebih mudah. Peserta didik juga dapat meminta AI untuk menyelesaikan beberapa hitungan matematis yang sulit disertai langkah penyelesaiannya secara detail, sehingga peserta didik lebih mudah memahami serta diterapkan pada kasus serupa. Generative AI mampu menguraikan konsep-konsep yang kompleks menjadi bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti.
  • Membantu latihan belajar. Peserta didik dapat meminta generative AI untuk membuatkan soal-soal latihan untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan latihan yang ada di buku referensi. Generative AI dapat memberikan tambahan latihan belajar guna memperdalam kemampuan dan pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Soal-soal latihan tersebut dapat disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang diinginkan atau topik tertentu yang ingin didalami.
Peserta didik yang memanfaatkan generative AI dalam kegiatan belajarnya harus memahami beberapa tanggungjawab yang harus mereka lakukan. Peserta didik harus memahami bahwa manusia bertanggung jawab secara hukum dalam menerapkan AI dalam hal kemanusiaan. Peserta didik harus memastikan bahwa penggunaan AI tidak akan merugikan orang lain, serta memiliki kewajiban untuk memeriksa ulang terhadap keluaran yang dihasilkan oleh AI untuk menjaga kebenaran dan keakuratan informasi. Peserta didik harus turut menciptakan kebiasaan dan kedisiplinan tentang prinsip etika dalam penerapan AI secara bertanggung jawab.



Referensi
Kemdikbudristek. (2024). Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Yoga Prismanata

Saya adalah seorang penggiat di dunia pendidikan. Konsentrasi saya sekarang ialah dalam hal teknologi pendidikan. Saya memiliki minat yang tinggi dalam menulis dan media pembelajaran.

Posting Komentar

Kami ucapkan terima kasih telah mengunjungi dan membaca tulisan di website kami. Silahkan sampaikan kritik, saran, dan diskusi melalui kolom komentar.

Lebih baru Lebih lama