Indonesia
secara klimatologis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Dua
musim tersebut diakibatkan oleh letak geografis Indonesia di garis khatulistiwa
sehingga beriklim tropis. Hal tersebut tentu bukan suatu hal yang baru bagi
kita semua, karena pengetahuan mengenai iklim di Indonesia sudah kita peroleh
semenjak sekolah dasar. Kedua musim yang ada di Indonesia tersebut sudah pasti
mempengaruhi kehidupan kita sehari – hari, mulai cara kita berpakaian, bekerja
atau mencari mata pencaharian, dan mungkin hingga membangun serta mendesain
rumah.
Adanya dua musim yang sangat berbeda tersebut juga memberikan pembelajaran bagi kita tentang berbagai hal untuk mengantisipasi datangnya musim atau perubahan musim. Contohnya ialah kita ketika musim kemarau cenderung mengurangi konsumsi air untuk menjaga suplai air tiap hari, contoh lain yakni ketika musim hujan sebagian besar orang yang menggunakan kendaraan roda dua menyiapkan jas hujan untuk mengantisipasi hujan turun ketika sedang diperjalanan, dan sebagainya. Itulah beberapa contoh perwujudan sikap antisipatif kita terhadap datangnya musim – musim di Indonesia.
Adanya dua musim yang sangat berbeda tersebut juga memberikan pembelajaran bagi kita tentang berbagai hal untuk mengantisipasi datangnya musim atau perubahan musim. Contohnya ialah kita ketika musim kemarau cenderung mengurangi konsumsi air untuk menjaga suplai air tiap hari, contoh lain yakni ketika musim hujan sebagian besar orang yang menggunakan kendaraan roda dua menyiapkan jas hujan untuk mengantisipasi hujan turun ketika sedang diperjalanan, dan sebagainya. Itulah beberapa contoh perwujudan sikap antisipatif kita terhadap datangnya musim – musim di Indonesia.
Berbicara
mengenai musim hujan, sepertinya kita perlu untuk mengetahui kapan hujan itu akan
turun dan kapan tidak akan ada hujan. Kita perlu mengetahui hal tersebut tentu untuk upaya antisipasi terhadap hal tersebut untuk berbagai
hal. Misalkan saja, ketika ingin berpergian jauh tentu kita harus mengetahui
apakah jalur yang kita lalui akan turun hujan atau tidak agar kita dapat mempersiapkan
segala kemungkinan seperti membawa jas hujan, atau bagi kita yang mengandalkan
matahari untuk mengeringkan pakaian, atau mungkin bagi para petani yang perlu
mengeringkan padi/gabah mereka dengan bantuan sinar matahari.
Mari kita
cukupkan berbasa – basinya, mari kita lanjutkan untuk menjawab bagaimana
caranya kita mengetahui kapan akan turun hujan ataupun tidak. Jawabnya cukup mudah yakni kita
gunakan teknologi satelit pemantau cuaca. Teknologi satelit pemantau cuaca saat
ini bukan sesuatu hal yang sulit untuk diakses secara publik, faktanya LAPAN (Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang merupakan lembaga milik Indonesia
telah meluncurkan satelit Sadewa atau Satellite
Disaster Early Warning System yang diluncurkan sejak tahun 2005 untuk
memantau kondisi atmosfer dan klimatologis di Indonesia (Baca: Sadewa: Si Pemberi Peringatan Dini Terhadap Bencana). Cara untuk menggunakan fasilitas
tersebut ialah sebagai berikut.
1. Buka browser di komputer/laptop Anda dan pastikan telah terkoneksi dengan internet. Kemudian buka alamat website berikut :
SADEWA (BRIN)
2. Ketika halaman website
terbuka, maka Anda akan melihat tampilannya seperti berikut ini.
Pada tampilan pertama tersebut akan disajikan sebuah peta disertai dengan gambaran awan hujan yang terdapat di atas langit pada saat diamati atau realtime. Peta tersebut dapat Anda geser dan perbesar sesuai kebutuhan. Data awan hujan disajikan dalam bentuk gradasi warna yang menunjukkan intensitas curah hujan, warna yang semakin merah menunjukkan semakin tingginya curah hujan (dapat dilihat pada legenda/keterangan di sebelah kiri). Gambar awan hujan tersebut dapat diaktifkan dan dimatikan dengan memberikan centang pada berbagai fitur observasi yang terdapat di bagian atas seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 1. Tampilan Sadewa 4.0
Pada tampilan pertama tersebut akan disajikan sebuah peta disertai dengan gambaran awan hujan yang terdapat di atas langit pada saat diamati atau realtime. Peta tersebut dapat Anda geser dan perbesar sesuai kebutuhan. Data awan hujan disajikan dalam bentuk gradasi warna yang menunjukkan intensitas curah hujan, warna yang semakin merah menunjukkan semakin tingginya curah hujan (dapat dilihat pada legenda/keterangan di sebelah kiri). Gambar awan hujan tersebut dapat diaktifkan dan dimatikan dengan memberikan centang pada berbagai fitur observasi yang terdapat di bagian atas seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2. Fitur - fitur pada Sadewa 4.0
Data yang akan diberikan secara garis besar terdapat dua yaitu data observasi dan prediksi. Data observasi ialah data riil saat ini, sedangkan data prediksi ialah data hasil prakiraan berdasarkan data observasi. Oleh sebab itu, kita perlu memperhatikan apakah data observasi dan data prediksi merupakan data yang diperoleh atau diolah pada hari/waktu ketika mengamati. Data terakhir waktu observasi dan data prediksi dapat dilihat dibagian sebelah kanan seperti pada gambar berikut.
Gambar 3. Data Terakhir Waktu Observasi dan Prediksi
3. Sebagaimana tujuan kita untuk melihat apakah hari ini hujan atau tidak, maka kita cukup melihat prediksi hujan hari ini. Cara melihatnya ialah dengan cara memilih atau meng-klik fitur pada bagian prediksi “Hujan 5 km”, kemudian akan muncul berbagai pilihan waktu/jam, selanjutnya pilih waktu/jam yang diinginkan.
Gambar 4. Mengaktifkan Prediksi Hujan Pada Sadewa 4.0
Setelah Anda memilih waktu/jam, maka pada peta akan muncul data prediksi akan terjadinya hujan pada waktu/jam yang telah Anda pilih tersebut. Data akan disajikan dalam bentuk gradasi warna, semakin gelap warnya maka intensitas hujan semakin tinggi. Data prediksi tersebut akan disajikan seperti pada gambar berikut.
Gambar 5. Hasil Prediksi Hujan pada Waktu/jam Tertentu
Menariknya, Anda tidak hanya akan diberikan data adanya hujan tetapi juga data berupa angka intensitas hujannya dan disertai dengan satuan intensitas curah hujan (mm/jam) yang dapat dilihat pada legenda/keterangan di bagian kiri.
Sadewa dapat juga dapat digunakan
lebih lanjut bagi Anda yang memahami mengenai ilmu klimatologis untuk
mendapatkan data yang lebih rinci dengan cara memanfaatkan fitur – fitur yang
telah tersedia, seperti jenis awan, liputan awan, suhu permukaan, dan angin. Sebagai contoh, kita dapat mengetahui jenis awan yang sedang meliputi wilayah Indonesia dengan cara mencentang fitur "K. Awan" pada bagian observasi. Tampilannya akan menjadi seperti gambar berikut ini.
Ketika mengaktifkan fitur tersebut maka Sadewa akan menampilkan data awan berjenis Cumolonimbus (Cb) yang merupakan awan pembawa uap air atau hujan. Keterangan Mature Cumolonimbus (MCb) merupakan perubahan awan fase kedua dari awan Cumolonimbus (Cb) yang telah dewasa atau matang. Awan Mature Cumolonimbus tersebut telah berisi uap air yang sangat banyak dan telah jenuh, sehingga keberadaan awan tersebut menunjukkan turunnya hujan yang biasanya juga disertai dengan kilat atau petir.
Selain itu, Sadewa juga dapat menampilkan kenampakan liputan awan secara asli dengan mengaktifkan fitur prediksi pada bagian "Liputan Awan". Setelah kita pilih bagian tersebut, selanjutnya ialah memilih waktu/jam yang diinginkan untuk dilihat prediksinya. Tampilan dari liputan awan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Demikian sedikit informasi yang dapat kami berikan, dan semoga bermanfaat untuk menunjang aktivitas kita sehari – hari. Sampai bertemu di tulisan kami selanjutnya.
Gambar 6. Jenis Awan Pada Sadewa 4.0
Selain itu, Sadewa juga dapat menampilkan kenampakan liputan awan secara asli dengan mengaktifkan fitur prediksi pada bagian "Liputan Awan". Setelah kita pilih bagian tersebut, selanjutnya ialah memilih waktu/jam yang diinginkan untuk dilihat prediksinya. Tampilan dari liputan awan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 7. Liputan Awan Pada Sadewa 4.0
Demikian sedikit informasi yang dapat kami berikan, dan semoga bermanfaat untuk menunjang aktivitas kita sehari – hari. Sampai bertemu di tulisan kami selanjutnya.
Tags:
Geografi
Ini sih keren bangettt.. Kita bisa lihat data cuaca dari satelit. Makasih kak, membantu banget infonya.
Matur nuwun mas Yoga.
Aku butuh data sekunder Suhu,kelembaban,intensitas cahaya,kecepatan angin.
Ada g yg seperti sadewa 4? Untuk data yg saya butuhkan?
Untuk data sekunder suhu, kelembaban, dsb sepertinya hrs meminta ke dinas terkait mas. Klo utk akses data secara publik blm ada sepertinya. Soalnya klo utk tingkat detail, data dr satelit jg kurang bisa diandalkan krn cakupan liputan satelit cuaca biasanya luas bgt mas.