Karakteristik alam Indonesia yang terletak di garis
khatulistiwa dan dikelilingi oleh lautan dan samudera yang luas akan memberikan
potensi fenomena klimatologis yang beragam. Letak Indonesia yang dikelilingi
oleh samudera yang luas yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik akan
meningkatkan terbentuknya awan hujan yang selanjutnya jatuh di kawasan
Indonesia dan menyebabkan banjir. Oleh sebab itulah dalam hal tersebut perlu
sebuah pengawas yang mampu melihat bagaimana kondisi atmosfer di atas wilayah
Indonesia. Kebutuhan akan pengawas atau pemantau di atas wilayah Indonesia
tersebut ditangkap oleh LAPAN sebagai lembaga penerbangan dan antariksa di
Indonesia dengan cara membuat satelit yang akan bertugas sebagai pemantau kondisi atmosfer dan klimatologis di Indonesia. Satelit tersebut bernama Sadewa
atau Satellite
Disaster Early Warning System. Sadewa diluncurkan pada tahun 2005 lalu
dengan jenis orbit geostastioner atau mengikuti gerakan rotasi bumi serta berada tepat di atas garis ekuator (lintang 0o) yang mengorbit pada
ketinggian 35.800 km di atas khatulistiwa.
Sadewa merupakan sebuah sistem
informasi peringatan dini bencana berbasis teknologi satelit dan juga dapat
dilengkapi dengan sensor-sensor terestrial. Sadewa berfungsi untuk memberikan
peringatan dini kepada pihak-pihak yang terkait dengan penanganan kejadian
bencana sebagai bagian dari pengelolaan resiko bencana. Sadewa terdiri dari
sub-sistem pemantauan, sub-sistem prakiraan dan sub-sistem peringatan. Sadewa
memantau kondisi lingkungan mendekati real-time dari satelit kemudian
memprakirakan kemungkinan terjadinya potensi bencana dengan menggunakan
model-model komputer, dan menyampaikan informasi peringatan dini bencana
melalui monitor display di ruang kontrol, website, e-mail maupun pesan singkat
(SMS) melalui telepon seluler (Didi Setiadi, 2015).
Informasi Sadewa dapat diakses
oleh siapapun secara online, dengan cara mengunjungi portal Sadewa 3.0 yang
beralamat di http://sadewa.sains.lapan.go.id/ (Halaman website sadewa terbaru : https://sadewa.brin.go.id/).
Pada portal tersebut akan menampilkan data awan penyebab hujan yang disajikan
secara real time sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi
intensitas hujan di Indonesia. Informasi yang ditampilkan merupakan hasil
pemantuan yang dilakukan oleh satelit sadewa terhadap hujan ekstrim yang berpotensi
menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor. Skema kerja Sadewa dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut.
(Sumber: http://sadewa.sains.lapan.go.id)
Berdasarkan skema tersebut di atas
maka kurang lebih alur kerja Sadewa hingga mendapatkan data potensi bencana
ialah sebagai berikut.
- Sadewa akan terus menampilkan data awan yang berpotensi pembawa hujan ekstrim secara real time.
- Data tersebut akan dikirimkan ke reciever yang berada di permukaan bumi
- Data kemudian dikirim ke server.
- Data yang diperoleh dari satelit kemudian dikombinasikan dengan data yang diperoleh dari sensor yang terdapat di permukaan bumi (terestrial).
- Data yang diperoleh dari satelit dan sensor yang berada di permukaan bumi selanjutnya ditranmisikan ke jaringan internet sehingga akan diperoleh tampilan data hasil penginderaan jauh (remote display) tersebut.
- Data hasil penginderaan jauh kemudian disajikan di portal Sadewa 3.0 secara online dan dapat diakses secara bebas.
Tabel 1. Kanal yang terdapat di Sadewa dan kegunaannya
(Sumber: http://sadewa.sains.lapan.go.id)
Tampilan data hasil penginderaan jauh Sadewa terhadap awan yang berpotensi menimbulkan hujan ekstrim dapat dilihat dengan cara membuka portal Sadewa 3.0, kemudian tunggu beberapa saat hingga data awan akan muncul. Kenampakan tampilan data dari Sadewa ialah sebagai berikut (Gambar 2).
Gambar 2. Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT
Kanal Awan Hujan
(Sumber: http://sadewa.sains.lapan.go.id)
Pembacaan mengenai data awan hujan dapat melihat legenda di sebelah kiri dan keterangan mengenai waktu pemantuan Sadewa. Legenda yang berada di sebelah kiri berbentuk persegi panjang dengan pemberian gradasi warna pada setiap level yang berbeda, semakin besar levelnya maka curah hujan akan semakin tinggi. Gradasi warna tersebut menunjukkan intensitas hujan, yakni warna terang menunjukkan curah hujan tinggi, sedangkan warna gelap atau transparan menunjukkan curah hujan rendah atau tidak terjadi hujan. Terdapat banyak data awan hujan yang dapat dipilih pada menu observasi (bagian atas) Sadewa 3.0, berikut akan dirangkum fungsi masing – masing fitur.
Tabel 2. Informasi yang dapat disajikan oleh tiap kanal di Sadewa 3.0
(Sumber: http://sadewa.sains.lapan.go.id)
Data dari penginderaan satelit Sadewa tersebut sangat bermanfaat terutama bagi sistem peringatan dini terhadap banjir dan tanah longsor. Sebagaimana yang diketahui bahwa banjir dan tanah longsor merupakan fenomena yang sering terjadi dan kerap menimbulkan korban jiwa di Indonesia. Mari kita lebih waspada dan berhati - hati serta lebih cerdas memanfaatkan data. Semoga bermanfaat dan kami ucapkan terima kasih.
Referensi:
LAPAN. (2015). Sadewa
3.0. Diambil pada tanggal 19 Juni 2016, dari http://sadewa.sains.lapan.go.id/
Didi Setiadi. (2015). Manual
Sadewa. Diambil pada tanggal 19 Juni 2016, dari http://sadewa.sains.lapan.go.id/sadewa30/Sadewa3.0_Help/Manual%20SADEWA.html?WelcometoSADEWA.html
Tags:
Geografi
Makasih artikelnya.. Sekarang jadi bisa memperkirakan cuaca.
Ternyata lembaga antariksa di Indonesia keren juga ya, punya satelit sendiri. Baru tahu sekarang.
Sama-sama. Terima kasih sudah mulai membaca dan berkunjung. Lembaga antariksa atau LAPAN sebenarnya sudah punya beberapa satelit tetapi masih dikategorikan satelit mikro, diantaranya Lapan-A1, Lapan-A2, dan Lapan-A3 (yang terbaru). Satelit LAPAN tersebut memiliki fungsi penginderaan jauh.