Kesempatan pertama ini akan dibahas mengenai definisi dan konsep e-learning terlebih dahulu, sebelum menuju bagian atau tahap pembuatannya. Khan dalam
dalam Herman Dwi Surjono (2013, 3) menyebutkan bahwa e-Learning adalah
pengiriman materi pembelajaran kepada siapa pun, di mana pun, dan kapan pun
dengan menggunakan teknologi informasi dalam lingkungan pembelajaran yang
terbuka, fleksibel, dan terdistribusi. Terbuka dan fleksibel merujuk pada
kebebasan peserta didik dalam hal waktu, tempat, kecepatan, isi materi, gaya
belajar, jenis evaluasi, belajar kolaborasi atau mandiri. E-learning merupakan
sebuah bentuk pemanfaatan dari teknologi komputer dan internet yang dipadukan
sehingga tercipta sebuah wadah untuk pembelajaran. Perpaduan antara teknologi
komputer dan internet menjadikan e-learning sangat terbuka dan dapat diakses
dimanapun. Pembelajaran e-learning dapat terjadi apabila antara guru dan
peserta didik terpisah dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran e-learning
pada umumnya dilaksanakan pada tempat yang berbeda antara guru dengan peserta
didik. E-learning inilah yang kemudian melahirkan pembelajaran jarak jauh yang
lebih mudah dan fleksibel. E-learning sangat mampu untuk mendukung terjadinya
pembelajaran tanpa tatap muka. E-learning memiliki dua mode diantaranya ialah
sebagai berikut.
1.
Synchronous
Learning
Synchronous
dapat berarti berbarengan sehingga pembelajaran e-learning yang menerapkan mode
ini berarti proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik terjadi
secara bersamaan atau dalam satu waktu yang sama. Pembelajaran mode ini terjadi
selayaknya pembelajaran tatap muka namun antara guru dan peserta didik tidak
dalam satu tempat yang sama. Pembelajaran menggunakan e-learning pada mode ini
contohnya ialah pembelajaran melalui radio, televisi, atau video streaming
secara langsung (live), pembelajaran melalui audio/video conference, pembelajaran
secara online, dan seterusnya.
2.
Asynchronous
Learning
Asynchronous
berlawanan dengan synchronous yang
berarti tidak berbarengan. Pembelajaran e-learning mode ini berarti antara guru
dengan peserta didik tidak melakukan proses belajar mengajar secara bersamaan.
Pada mode ini guru mempersiapkan materi terlebih dahulu dalam e-learning
kemudian beberapa waktu kemudian peserta didik dapat membuka atau mengaksesnya.
Pembelajaran e-learning mode ini memberikan kebebasan peserta didik untuk
memilih materi yang ingin dipelajari. Contoh pembelajaran mode asynchronous ialah pembelajaran
menggunakan internet atau multimedia pembelajaran, belajar melalui video, dan
seterusnya.
Kedua mode
dalam e-learning tersebut tentu terdapat kelemahan dan kelebihan. Pembelajaran
e-learning menggunakan asynchronous
secara fleksibilitas lebih mudah karena peserta didik tidak perlu membuka pada
waktu yang telah ditentukan secara bersamaan. Kelemahan mode asynchronous ialah respon atau umpan
balik antara guru dan peserta didik berlangsung lambat bergantung pada
ketersediaan guru dan peserta didik. Terkadang peserta didik harus menunggu
respon guru di kemudian hari dikarenakan guru sedang tidak tersedia (online), dan juga sebaliknya. Mode synchronous
lebih menguntungkan dalam hal umpan balik dikarenakan guru dan peserta didik
melakukan proses belajar mengajar secara berbarengan (real time), sehingga guru dapat memberikan umpan balik pada saat itu
juga.
Konten yang
perlu dipersiapkan dalam e-learning secara garis besar terdapat dua hal, yaitu
sumber belajar dan aktivitas dan interaksi. Penjelasan keduanya ialah seperti
berikut ini.
1.
Learning
resources (sumber belajar)
Sumber belajar terdiri dari lima komponen yaitu pesan,
orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Pesan merupakan informasi yang akan
disampaikan, dapat berupa ide, fakta, makna, dan data. Pesan merupakan komponen
yang akan disampaikan oleh komponen lain, dalam hal ini pesan merupakan materi
pembelajaran. Orang dalam hal ini dapat disebut sebagai penyampai pesan,
seperti guru, peserta didik, dan pembicara. Bahan dapat disebut sebagai
perantara dalam menyampaikan pesan atau lebih dikenal dengan media
pembelajaran. Bahan yang disajikan dalam e-learning dapat berupa multimedia
(teks, audio, gambar, dan animasi/video), slide presentasi, e-book, atau modul.
Alat merupakan barang – barang atau perangkat keras yang digunakan untuk
menyajikan pesan tersebut. Teknik berkaitan dengan prosedur atau pedoman
langkah – langkah dalam penggunaan berbagai komponen tersebut sehingga
penyampaian pesan berlangsung efektif dan efisien. Komponen instruksional perlu
selalu diperhatikan dimanapun kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung,
bahkan di dalam e-learning sekalipun. Lingkungan merupakan tempat pesan
tersebut diterima. Lingkungan tentu sangat mempengaruhi kondisi belajar peserta
didik, sehingga e-learning sebagai sebuah lingkungan belajar peserta didik juga
perlu diperhatikan tingkat kemudahannya dan kemenarikan sajiannya.
2.
Aktivitas/interaksi
Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dibangun dalam
e-learning untuk menimbulkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar.
Aktivitas dalam e-learning dapat berupa forum (diskusi, perkenalan, refleksi,
informasi), tugas (tugas essay, tugas online, tugas offline), quiz (soal pilihan
ganda, isian, mencocokkan), video converence,
survei, chat, dan sebagainya. E-learning
yang berkualitas tidak saja harus memuat sumber belajar yang baik, tetapi juga
harus dilengkapi dengan berbagai aktivitas yang membuat peserta didik senang
dan menikmati pembelajaran online. Berbagai aktivitas perlu dirancang dalam
e-learning sehingga dapat mendorong siswa menjadi aktif, interaktif dan kolaboratif,
dan tetap termotivasi dalam lingkungan pembelajaran online.
E-learning sebenarnya
merupakan sebuah wahana untuk melakukan pembelajaran. Sifat e-learning yang
sangat fleksibel menjadikan wahana tersebut mudah untuk digunakan sebagai kelas
belajar, di luar belajar secara konvensional di kelas fisik. Efektivitas
pembelajaran menggunakan e-learning sangat bergantung pada kualitas
pembelajaran di dalamnya. E-learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dikarenakan e-learning hanyalah sebuah wadah atau wahana. Penentu
efektivitas pembelajaran terletak pada konten yang disajikan dalam e-learning
tersebut. Kualitas pembelajaran e-learning tidak lebih baik daripada
pembelajaran di kelas, jika konten pembelajaran yang disajikan e-learning tidak
lebih baik dari pada konten yang disajikan guru di kelas. Hal tersebut berlaku
sebaliknya yaitu pembelajaran e-learning dapat lebih baik dibandingkan
pembelajaran dikelas, jika konten pembelajaran menggunakan e-learning disajikan
lebih baik daripada pembelajaran di kelas. E-learning secara teori hanya dapat
meningkatkan fleksibilitas dalam proses belajar.
Pembelajaran e-learning
pada saat ini sangat populer menggunakan pembelajaran berbasis jaringan (web-based learning) jika dibandingkan pembelajaran berbasis komputer (computer-based learning). Hal tersebut
disebabkan fleksibilitas pembelajaran berbasis jaringan (web-based learning) lebih
tinggi daripada computer-based learning.
Pembelajaran berbasis jaringan dapat dibuka dimanapun, kapanpun, dan oleh
siapapun secara online, sehingga hal
tersebut dirasa tidak merepotkan jika dibandingkan harus membawa atau menyebar
luaskan file atau dokumen digital yang kemudian baru dapat digunakan
menggunakan komputer sebagaimana pada pembelajaran berbasis komputer.
Pembelajaran menggunakan e-learning yang memang ditujukan untuk pembelajaran
mandiri bagi peserta didik juga dapat dikombinasikan dengan pembelajaran di
kelas. Model tersebut dikenal sebagai blended
learning atau hybrid learning. Blended learning ialah pembelajaran yang
menggabungkan aspek-aspek terbaik dari pembelajaran tatap muka dengan
keunggulan pembelajaran online. Model pembelajaran ini dapat menjadi pilihan terbaik
untuk diterapkan, terutama bagi pembelajaran yang menekankan pada aspek motorik
seperti praktikum dan kesenian. Blended
learning dapat menjadi solusi untuk dapat dilakukannya penilaian psikomotor
dan afektif peserta didik yang tidak dapat dinilai melalui pembelajaran secara
mandiri melalui e-learning. Model pembelajaran tersebut sangat disarankan sebagai
upaya untuk tetap dapat melakukan pengawasan terhadap proses belajar dan
perkembangan peserta didik secara maksimal.
Pada artikel
selanjutnya akan dibahas mengenai pembuatan e-learning berbasis jaringan (web) menggunakan LMS atau Learning Management System. Terima kasih
sudah membaca artikel ini, sampai jumpa di artikel berikutnya.
Referensi:
Herman Dwi Surjono. (2013). Membangun course e-learning berbasis moodle.
Yogyakarta: UNY Press
Betulkah e-learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa? sebab tugas akhir saya ttg itu.
Iya betul.. Begini pola pikirnya, e-learning merupakan wadah atau wahana sedangkan yg menentukan kualitas adalah konten pembelajaran itu sendiri. Pada dasarnya e-learning tetap memiliki pengaruh, namun e-learning tdk memiliki pengaruh yg signifikan terhadap hasil belajar. Analoginya begini, anggaplah semangkuk bakso adalah pembelajaran, maka yg menentukan enak atau tidaknya rasa bakso ialah adonan/resep bakso itu sendiri & cara memasaknya, sedangkan mangkuk adalah sbg wadah yg berfungsi utk mempermudah dlm memakan bakso dan jg bisa utk mepercantik tampilan. Maka jelaslah, adonan & cara memasak bakso yg berpengaruh signifikan thd kualitas bakso tsb.
Semoga membantu ya, jika ada hal yg perlu didiskusikan, silahkan didiskusikan. Hehe
Ok, saya mulai paham. Saya sedikit jelaskan dulu tentang tugas akhir saya. Jadi rencananya tugas akhir saya itu pengen menguji apakah pemanfaatan e learning bisa mempengaruhi hasil belajar siswa. Tp setelah saya baca artikel anda, akhirnya saya mikir dan bingung jadinya. Masuk akal sih penjelasannya. Terus ada saran nggak buat tugas akhir saya ini?