Definisi Teori Multiple Intelligences
Teori kecerdasan ganda atau multiple intelligences bermula ketika Howard Gardner mengikuti sebuah kelompok penilitian dasar di Sekolah Pascasarjana Pendidikan Universitas Harvard pada tahun 1967 yang disebut dengan Project Zero. Pandangannya mengenai kecerdasan ganda bermula ketika Howard Gardner mencoba memahami kemampuan manusia untuk mengorganisasi otaknya, yaitu bagaimana mereka mengembangkan, bagaimana pada suatu waktu mereka bekerja bersama – sama, dan bagaimana mereka menguraikan/ memecahkan di bawah kondisi patologis (Gardner, 2011). Howard Gardner menggali potensi manusia dengan mencoba mempelajari kapasitas perkembangan kognitif pada anak – anak yang normal dan anak – anak yang telah memiliki bakat. Munculnya istilah kecerdasan ganda berawal dari pengamatannya mengenai hasil penelitian yang menginvestigasi bagaimana anak – anak kecil menguasai suatu simbol atau menggambarkan suatu simbol menggunakan tujuh cara berbeda mulai dari menyanyi, menggambar, kemudian bercerita. Howard Gardner mengakui bahwa semua manusia tidak hanya memiliki satu kecerdasan saja. Anggapannya ini sangat bertentangan dengan berbagai tulisan ilmiah yang menyatakan bahwa kecerdasaran difokuskan kepada kombinasi kecerdasan bahasa/ linguistik dan kecerdasan logika-matematika. Kemudian Howard Gardner menambahkan lima jenis kecerdasan lagi yaitu kecerdasan spasial, tubuh-kinestetik, musikal, interpersonal, dan intrapersonal pada tahun 1983. Teori kecerdasan ganda itu dikemukanan oleh Howard Gardner sebagai seorang psikolog, bukan seorang pendidik sehingga lebih menarik jika yang mengemukakan adalah seorang pendidik, sehingga ia menyebut teori ini sebagai bagian dari teori psikologi. Pada kasus ini, teori ini tidak memiliki implikasi secara langsung terhadap pendidikan. Akan tetapi hal tersebut tetap dapat dimasukkan ke dalam kawasan sistem pendidikan, karena yang dihadapi dalam pendidikan merupakan individu yang berbeda pada kecerdasannya sehingga dengan teori ini dapat digunakan untuk mengambil keputusan mengenai sistem pendidikan dan model pembelajaran apa yang sesuai.
Teori kecerdasasan ganda sesungguhnya dapat sebagai jawaban atas tantangan kehidupan di abad ke-21. Walter McKenzie (2005:6) menyebutkan bahwa manusia pada abad ke-21 memerlukan berbagai keahlian atau kemampuan untuk dapat bersaing dan bertahan hidup. Manusia pada abad ke-21 membutuhkan keahlian berikut.
- Teknologi informasi, yaitu kemampuan untuk mengakses informasi dan mengubahnya menggunakan berbagai alat digital.
- Literasi informasi, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi informasi terhadap validitas dan reabilitasnya melalui strategi berpikir kritis.
- Pemecahan masalah, yaitu kemampuan untuk menghasilkan solusi yang efektif dan efisien .
- Kerjasama, yaitu kemampuan untuk berinteraksi dengan kolega atau teman sejawat meskipun dipisahkan oleh jarak secara geografis, serta untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
- Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan terhadap hal – hal atau informasi baru.
- Kreativitas, yaitu kemampuan untuk menyajikan informasi dan gagasan baru.
Individu yang mampu memiliki setiap keahlian tersebut akan dihargai oleh lingkungan kerja. Pada zaman informasi yang berkembang begitu cepat, maka guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang mampu memenuhi tuntutan zaman. Oleh sebab itu, guru tidak dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan yang sama karena semua peserta didik memiliki perbedaan karakteristik sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Tantangan tersebut dijawab oleh adanya teori kecerdasan ganda dengan menunjukkan berbagai kebutuhan yang harus disiapkan. Pada kenyataannya teori kecerdasan ganda ini sesuai dengan berbagai keahlian tersebut. Kecerdasan – kecerdasan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21 tersebut menurut (McKenzie, 2005:6) berdasarkan teori kecerdasan ganda adalah sebagai berikut.
- Keahlian teknologi informasi dapat didukung oleh kecerdasan kinestetik.
- Keahlian literasi informasi dapat didukung oleh kecerdasan intrapersonal dan naturalis.
- Keahlian menyelesaikan masalah dapat didukung oleh kecerdasan logika-matematika.
- Keahlian kerjasama dapat didukung oleh kecerdasan interpersonal dan verbal/ linguistik.
- Fleksibilitas dapat didukung oleh kecerdasan musikal.
- Kreatifitas dapat didukung oleh kecerdasan visual dan eksistensial.
Pembagian Multiple Intelligences
Howard Gardner dalam teorinya membagi kecerdasan manusia menjadi 9 (sembilan) kecerdasan yang memiliki kombinasi unik pada setiap individu serta setiap individu memiliki satu kecerdasan yang dominan. Penjelasan mengenai kecerdasan yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut ialah sebagai
berikut.
1.
Kecerdasan
Linguistik ( Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah
kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun
tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata,
suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan
informasi. Kecerdasan ini berkaitan juga dengan penggunaan dan pengembangan
bahasa secara umum seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para penulis, editor,
jurnalis, penyair, orator, penceramah maupun pelawak.
Orang yang berinteligensi linguistik
tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah
mengerti urutan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk
menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka
lancar berdebat, mudah ingat dan bahkan dapat menghafal dalam waktu singkat.
2.
Kecerdasan
Logika-Matematika. (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika dan matematika
adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan
menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka
angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu
melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif
artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses
berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal
yang besar. Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri
insinyur, ilmuwan, ekonom, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Orang yang mempunyai inteligensi
matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam
pemikiran serta cara mereka bekerja dan suka pada menepukan pola atau memcahkan
rumus. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya
sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan
antara yang satu dengan yang lain, serta mana juga yang merupakan persoalan lepas sehingga tidak mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dan
suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam.
3.
Kecerdasan
Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial adalah
kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat
(cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan
ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis,
bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.
Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai
sudut pandang.
Kecerdasan visual-spasial ini
memungkinkan orang membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan
lebih mudah. Ini karena ia mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan
mentransformasi presepsi ini. Termasuk didalamnya adalah kapasitas untuk
memvisualisasikan, menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial, dan
untuk mengarahkan diri sendiri dalam ruang secara cepat. Visual-spasial bisa diartikan
juga sebagai sebuah model yang melihat secara deskriptif bagaimana seorang
individu menggunakan kecerdasan mereka untuk memecahkan masalah dan
menghasilkan bentuk. Profesi yang biasa dihasilkan adalah pelukis, fotografer,
desainer, pemahat, dll
4.
Kecerdasan
Gerak-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan gerak tubuh atau ialah
kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide,
pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam
bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan
kecepatan. Kemampuan seperti ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor,
pemahat, ahli bedah atau seniman tari. Kecerdasan gerakan tubuh yang sering
juga disebut body smart ini, memang penemuan Gardner yang paling kontroversial,
karena beberapa orang berpendapat kendali terhadap fisik bukanlah bentuk dari
kecerdasan. Namun, Gardner dan peneliti-peneliti lain dalam bidang multiple
intelligences mempertahankan pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan
tubuh, secara alami memilliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan
fisik. Ia juga memiliki kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh
bergerak.
Orang yang memiliki kecerdasan gerak
tubuh dapat dengan mudah mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang
mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh,
dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapt memainkan
mimik, drama, dan peran. Mereka dengan lihai melakukan gerakan tubuh dalam olahraga
dengan berbagai variasi.
5.
Kecerdasan
Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musik adalah kemampuan
untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains
dalam diri seseorang. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini dengan mudah
belajar dan bermain musik secara baik. Hal yang menonjol adalah mereka dapat
mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka dengan mudah
mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam lagu. Kecerdasan
jenis ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa
rekaman.
6.
Kecerdasan
Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal ialah
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi,
watak, emosi, serta gerakan tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi
wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini.
Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu
untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti
pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan
jenis ini biasanya dimiliki oleh para pemimpin, para guru, fasilitator,
motivator, polisi, pemuka agama, dan penggerak massa.
Orang yang memiliki kecerdasan
interpersonal tinggi biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain,
mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka
yang memiliki kecerdasan sungguh serasa sangat menyenangkan. Mereka dengan
mudah mengenali dan membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang
lain. Kebanyakan mereka peka terhadap teman, terhadap penderitaan orang lain,
dan mudah berempati yakni mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain saat
berinteraksi dengan orang tersebut. Banyak diantaranya suka memberi masukan
kepada teman, saudara atau orang lainnya hal ini bertujuan agar mereka maju.
Maka, tidak jarang sekali dia berperan sebagai komunikator, sebagai fasilitator
dalam pertemuan atau dalam perbincangan masalah penting. Dan mereka juga dengan
mudah menjadi penggerak massa karena kemampuannya mendekati massa itu.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas
diri adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang
diri sendiri serta kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar
pengenalan diri itu, dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu
memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memiliki
kecerdasan ini sangat menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki
kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya
sehingga tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan pribadi. Kecerdasan seperti
ini biasanya dimiliki oleh para filsuf, penyuluh agama, pembimbing, serta
kadang kala pemimpin juga memiliki kecerdasan ini.
Orang yang memiliki kecerdasan ini
biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan
emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh
sangat mendalam dan seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi.
Orang tipe ini kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang
kala mereka suka menyepi sendiri atau mengasingkan diri.
8.
Kecerdasan
Naturalis ( Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah
kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori
terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan
manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta,
melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan
kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan
penelitian biologi.
Kecerdasan seperti ini biasanya
dimiliki oleh para pecinta alam, para petani, pendaki gunung, pemburu. Ide
Gardner tentang kecerdasan naturalis baru muncul pada tahun 1995 dan
dipublikasikan tahun 1997. Sampai sekarang teori tentang kecerdasan ini masih
terus dalam proses penyempurnaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis
tinggi biasanya dapat dilihat dari kemampuannya mengenal, mengklasifikasi, dan
menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam yang ada disekitarnya.
9.
Kecerdasan
Eksistensial
Kecerdasan
eksistensial adalah kecerdasan proses pemahaman dalam konteks eksistensi yang
termasuk estetika, filosofi, dan agama serta menekankan pada nilai keindahan,
kebenaran, dan ketuhanan. Kecerdasan ini dapat memberikan individu penglihatan
sesuatu hal pada pandangan atau gambaran yang luas. Individu yang memiliki
kecerdasan tersebut akan memiliki kemampuan dalam meringkas dan menyerap
gagasan dari berbagai disiplin ilmu dan sumber. Penambahan kecerdasan ini dalam
macam – macam kecerdasan ganda merupakan jawaban dari ketidakpuasan Howard
Gardner yang belum memiliki bukti yang cukup untuk secara khusus ingin membuat
hal ini sebagai sebuah kecerdasan.
Setiap kecerdasan memiliki ciri tindakan khusus yang dapat diamati oleh guru. Tindakan yang dapat diamati berdasarkan tiap kecerdasan menurut McKenzie (2005:15) ditunjukkan pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Tindakan yang dapat diamati setiap kecerdasan
Terdapat 3 (tiga) macam kawasan yang dimiliki oleh teori kecerdasan ganda. Kawasan dalam teori kecerdasan menjelaskan hubungan antara kecerdasan – kecerdasan yang berbeda. Kawasan dalam teori kecerdasan ganda tersebut menurut McKenzie (2005:25) ialah sebagai berikut.
1.
Kawasan
Interaktif
Kawasan ini terdiri dari
kecerdasan linguistic (verbal), interpersonal, dan kinestetik. Peserta didik
yang memiliki tipe interaktif akan menggunakan kecerdasannya untuk
mengungkapkan diri mereka dan mengeksplorasi lingkungan yang ada di sekitar
mereka. Secara sederhana, peserta didik yang memiliki ketiga kecerdasan
tersebut akan memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya. Dengan demikian kawasan interaktif merupakan suatu aktivitas
atau proses sosial.
2.
Kawasan
Analitik
Kawasan ini terdiri dari
kecerdasan musikal, logikal, dan naturalis. Peserta didik yang memiliki tipe
analitik akan mampu atau unggul dalam kegiatan analisis data dan pengetahuan.
Kawasan analitik membuat peserta didik memiliki kemampuan analisis data dan
mengelompokkan/ membuat data dalam pola – pola tertentu. Kawasan analitik
merupakan suatu proses heruistik atau suatu prosedur analitis yang dimulai
dengan perkiraan yang tepat dan memeriksa kembali sebelum memberik kepastian/
keputusan.
3.
Kawasan
Introspektif
Kawasan ini terdiri dari
kecerdasan eksistensial, intrapersonal, dan visual-spasial. Peserta didik yang
memiliki tipe introspektif memiliki perasaan dan emosi yang besar, sehingga
mereka tumbuh menjadi seorang pemikir dan perasa dari apa yang dirasakan,
dilihat, atau didengarnya, dan tidak jarang hal tersebut akan menjadi suatu
pembelajaran baru baginya. Kawasan instrospektif merupakan suatu proses sikap
diri.
Ketiga kawasan tersebut dapat divisualisasikan dalam sebuah grafik lingkaran yang menunjukkan hubungan dan penggolongan tiap kecerdasan. Visualisasi dari kawasan kecerdasan ganda disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Kawasan Kecerdasan Ganda
Referensi :C. Asri Budiningsih. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka CiptaGardner, Howard. (2011). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic BooksMcKenzie, Walter. (2005). Multiple Intelligences and Instructional Technology (2nd Ed). Washington DC: ISTE
Pembahasan untuk Teori Multiple Intelligences selanjutnya :
Pada artikel selanjutnya akan membahas mengenai strategi dasar dalam menerapkan teori multiple intelligences dalam pembelajaran. Strategi tersebut berkaitan dengan bagaimana teori tersebut dapat digunakan para pendidik untuk mengetahui karakter peserta didiknya yakni sesuai dengan potensi yang dimiliki. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Tags:
Education